“Saat masih SMA, kalau dibeli orangtuanya tas-tas mahal, dia enggak mau pake,” kata kerabatnya. (Moh Habib Asyhad)
Berdasarkan cerita rekan-rekannya, Suster Lucy sangat setia menjalankan kaul kemiskinan dan menikmati kehidupannya.
Konon, Lucy merupakan salah satu sosok yang kerap sedia jika harus mendampingi orang-orang yang sekarat saat ia menjadi sekretaris pimpinan kongregasi Missionaris Claris, di Kalkuta, India.
Tanpa rasa ragu dan jijik, saat itu ia juga bahkan dengan sabar dan penuh kasih mau mencabuti belatung-belatung dari luka-luka membusuk di tubuh dan kepala pasien. Suster Lucy mengaku mengalami pencerahan saat ia dan keluarganya berlibur ke Hong kong.
“Awalnya saya sangat terganggu saat melihat begitu banyak tunawisma di jalanan Hong Kong, yang meringkuk, sakit dan kotor. Insting emosional pertama saya adalah melarikan diri saat melihat mereka dan saya hampir muntah,” ujarnya.
Kemudian, Suster Lucy mengungkapkan, saat ia meninggalkan orang-orang tersebut, tiba-tiba sesuatu justru membuatnya melambat dan seolah-olah menggerakkan hatinya untuk kembali kepada mereka agar melakukan sesuatu yang baik untuk orang-orang yang tidak beruntung itu. Maria Donna lantas memutuskan untuk masuk Kongregasi Misionaris Cinta Kasih dengan nama Suster Lucy Agnes.
Meski begitu, orang tua Suster Lucy sangat menentang salah satu pilihannya. Yakni saat ia bertugas di Timor Timur, salah satu negara paling miskin di Asia.
Editor : Miftahudin