BREBES, iNewsBrebes.id - Akibat terdampak cuaca esktrem yang saat ini terjadi, jumlah produksi garam Kabupaten Brebes dalam beberapa tahun terakhir menurun. Akibatnya para petani garam gigit jari karena tidak bisa panen maksimal.
Selain itu, fenomema La Nina dan El Nino menjadi faktor utama menurunnya jumlah produksi pertanian tambak di Kabupaten Brebes. Terutama pada produksi garam dan budidaya udang serta rumput laut.
Baku potensi produksi garam di Kabupaten Brebes mencapai 54 ribu ton per tahun. Lahan produksi tersebar di sejumlah desa dari lima kecamatan kawasan pesisor pantura. Mulai dari Kecamatan Losari, Tanjung, Bulakamba, Wanasari dan Kecamatan Brebes. Merosotnya jumlah produksi membuat harga garam meroket menjadi Rp 4 ribu per kilogram.
Kepala Dinas Perikanan Brebes, Zuhdan Fanani mengatakan, dari baku potensi produksi garam yang mencapai 54 ribu ton per tahun, tahun 2022 ini hanya bisa produksi 1.113 ton. Tahun 2021, hanya mampu memproduksi 1.200 ton, dan tahun 2020 lalu hanya mampu memproduksi garam 2.400 ton. Jumlah produksi ini turun drastis dari produksi tahun-tahun sebelumnya yang rata-rata bisa mencapai 40 ribu ton per tahun.
"Baku potensi produksi kita cukup besar. Bisa mencapai 54 ribu ton per tahun. Tapi tiga tahun ke belakang, produksinya sangat jauh dan terus menurun. Tahun 2022 bisa 2.400 ton, tahun 2021 hanya 1.200 ton, dan tahun ini hanya 1.113 ton," ujarnya saat ditemui diruang kerjanya, Selasa (20/12/2022).
Untuk tahun ini, lanjut Zuhdan, sejumlah desa sentra produksi seperti Desa Kaliwlingi, Sawojajar, dan Desa Krakahan bahkan hampir nol produksi. Lahan di Desa-desa ini jufa terdampak banjir rob. Saat ini para petani garam juga beralih usaha, dengan budidaya bandeng, udang dan rumput laut. Namun tetap saja, hasilnya tidak bisa maksimal.
Editor : Miftahudin