Sebenarnya ada alternatif lain agar siswa mengerjakan asessmen dengan layak. Yakni dengan menumpang di sekolah lain yang memiki sinyal kuat. Namun karena lokasinya jauh dan menyeberang sungai, maka sekolah memilih menempati gubuk untuk para siswa kelas V ini.
"Alternatif lainya agar dapat menangkap sinyal internet yang baik harus menumpang di sekolah lain. Namun karena jauh, apalagi siswa harus menyeberang sungai yang sewaktu-waktu bisa banjir, mending di gubuk itu," paparnya.
Selain tidak ada sinyal, Ajedi mengungkapkan, para siswa terkendala dalam mengerjakan ANBK karena tidak memiliki laptop. Ajedi mengaku, untuk ANBK siswa kelas V, sekolah meminjamkan dua unit laptop milik sekolah dan dari para guru. "Kebetulan sekolah punya dua unit laptop dan guru guru termasuk saya meminjamkan sama siswa supaya mereka bisa mengerjakan soal," terangnya.
Salah seorang siswa kelas V, Nurul Yulia Syafitri mengaku, meski berada di gubuk namun bisa mengerjakan dengan lancar. Sinyal internet yang ada cukup untuk mengakses soal ANBK.
"Penginnya di kelas biar nyaman, tapi karena tidak ada sinyal ya terpaksa di gubuk ini. Tapi lancar juga di sini," ucapnya.
Dihubungi terpisah, Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dindikpora) Brebes, Caridah membenarkan keterbatasan sinyal dan sarana di SD Negeri 1 Kutamendala. Ada beberapa alternatif agar siswa bisa mengerjakan ANBK, termasuk menumpang di sekolah lain.
Caridah mengaku, tidak semua sekolah di Brebes memiliki jaringan internet untuk ANBK. Terutama yang berlokasi di daerah terpencil.
"Kepala sekolah kemarin sudah melaporkan soal kondisi sinyal dan sarana untuk ANBK. Di situ memang tidak ada sinyal dan siswanya tidak ada yang memiliki laptop. Jadi mereka mencari lokasi lain, bisa numpang atau di lokasi lain. Tapi karena jauh, sekolah memilih di gubuk itu," tandasnya.
Editor : Miftahudin
Artikel Terkait