JAKARTA, iNews.id – Salah satu ancaman imbas krisis iklim yang terjadi adalah adanya potensi tenggelam pada berbagai tempat di Indonesia. Di Jawa Tengah, Kabupaten Brebes menjadi salah satu daerah yang juga ikut terancam tenggelam.
Prediksi tentang tenggelamnya berbagai kota pun semakin banyak diperbincangkan, tak terkecuali di Indonesia.
Krisis iklim dapat menyebabkan mencairnya es di kutub yang berakibat semakin berkurangnya daratan disebabkan naiknya permukaan air laut.
Jakarta termasuk kota yang terancam tenggelam, benarkah? Pada webinar yang diadakan oleh Mahasiswa Teknik Geodesi dan Geomatik Institut Teknologi Bandung (ITB) yang bertajuk “Geodesink 2021: Our Sinking Capital From Geodesy’s Perspective” pada Selasa (14/09/2021), terungkap beberapa hal.
Dalam acara yang disiarkan secara langsung di kanal YouTube Geodensink ini, Direktur Pusat Teknologi Pengembangan Sumber Daya Wilayah BPPT Agustan menjelaskan banjir di Jakarta disebabkan karena beberapa hal, seperti penurunan muka tanah dan kenaikan muka laut.
Fenomena kenaikan muka laut ditemukan pada penelitian yang dilakukan oleh BPPT dan Geodesi ITB pada tahun 2010 menggunakan satelit seperti altimetri.
Pengamatan tentang penurunan muka tanah juga telah dilakukan dalam rentang tahun 2014 -2020, menggunakan teknologi InSAR (Interferometric Synthetic Aperture Radar).
Terlihat bahwa setiap tahun terdapat perbedaan hasil pengamatan yang menunjukkan penurunan muka tanah. Di akhir penjelasannya, Agustan mengatakan bahwa Jakarta tidak akan tenggelam, melainkan tergenang.
Dosen Program Studi Teknik Geodesi dan Geomatika ITB Heri Andreas mengatakan, penyebutan Jakarta tenggelam itu hanya clickbait untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap isu tersebut.
Heri menjelaskan bahwa sejak tahun 1997, penurunan muka tanah sudah terjadi di Kota Jakarta. Hasil ini didapat dari pemodelan penurunan muka tanah menggunakan teknologi LIDAR (Light Detection and Ranging).
Selain itu, dari tahun 2007-2018, data yang disajikan melalui fleet InSAR menunjukan adanya penurunan tanah di beberapa daerah. Penurunan tersebut mencapai 20 cm per tahun, namun dalam beberapa tahun terakhir juga terlihat pengurangan laju penurunan muka tanah.
Editor : Miftahudin